Dulohupa.id – Alih fungsi lahan khususnya lahan basah atau persawahan di Kota Gorontalo menjadi lokasi pembangunan gedung berpotensi berdampak pada lingkungan dan berkurangnya wilayah resepan air yang berpotensi terjadinya banjir di wilayah Kota Gorontalo.
Bergantungnya pada sektor jasa dan perdagangan, wilayah Kota Gorontalo tentu terus mendorong pertumbuhan pembangunan fasilitas yang mendukung dan mampu meningkatkan perekonomian. Lahan sawah yang ada di wilayah Kota Gorontalo pun tidak lepas dari sasaran alih fungsi lahan. Sebelumnya, Kabid Pertanian, Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Gorontalo, Yurita T. Walangadi mengungkapkan bahwa luas lahan sawah di Kota Gorontalo pada tahun 2023 hanya seluas 741 hektar dari yang sebelumnya seluas 761 hektar.
Alihfungsi lahan yang diperuntukan untuk pembangunan infrastruktur itu pun kemudian akan menimbulkan berbagai dampak bagi wilayah Kota Gorontalo. Disamping memberikan dampak positif terhadap peningkatan dan pertumbuhan ekonomi, alih fungsi lahan berdampak pada berkurangnya produktivitas hasil pertanian di Kota Gorontalo dan jika terus dilakukan justru dinilai akan menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan yaitu mengakibatkan berkurangnya wilayah resepan air yang berpotensi terjadinya banjir.
Oleh karena itu, Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Gorontalo terus berupaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait alih fungsi lahan di Kota Gorontalo.
“karena memang pengaruh dari alih fungsi lahan yang tidak terkontrol akan berimbas ke berbagai permasalahan dan juga bencana seperti banjir. Sehingga kami juga mulai melakukan upaya-upaya untuk mengontrol alih fungsi lahan sambil berkoordinasi secara lintas sektor dengan yang mempunyai kewenangan terkait alih fungsi lahan seperti dinas pertanian, bahkan dinas perumahan dan pemukiman Kota Gorontalo,” Jelas Kabid Pacabencana BPBD Kota Gorontalo, Mulyono Mardjun, Selasa (07/11/2023).