Scroll Untuk Lanjut Membaca
HEADLINE

15 Kecamatan di Gorontalo Terdampak Kekeringan dan Krisis Air Bersih

545
×

15 Kecamatan di Gorontalo Terdampak Kekeringan dan Krisis Air Bersih

Sebarkan artikel ini
15-kecamatan-di-Gorontalo-terdampak-kekeringan-dan-krisis air bersih
Ilustrasi kekeringan dan krisis air bersih. Foto: Istimewa

Dulohupa.idMusim kemarau yang terjadi, sebabkan kekeringan dan krisis air bersih dibeberapa wilayah yang ada di provinsi Gorontalo. Sebagaimana yang telah disampaikan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwasanya musim panas merupakan fenomena yang wajar terjadi setiap tahunnya.

Dari data sementara pihak BPBD Provinsi Gorontalo, hampir seluruh wilayah di lima kabupaten/kota di Gorontalo yang terdampak kekeringan dan krisis air bersih akibat panas berkepanjangan.

Pihak BPBD Provinsi Gorontalo melaporkan bahwa saat ini ada 15 kelurahan/desa di 15 kecamatan yang ada di lima kabupaten/ kota se Provinsi Gorontalo kini mulai mengalami kekeringan dan krisis air bersih.

Untuk kabupaten Bone Bolango terdapat tiga kecamatan yang terdampak yaitu Kecamatan Suwawa Selatan yaitu di Desa Lombongo, kejadiannya yaitu kebakaran hutan, Kecamatan Tilong Kabila di Desa Lonuo (dusun 1) menyebabkan kekeringan dan mengakibatkan 138 kepala keluarga dan 400 penduduk Desa Lonuo mengalami kekurangan air, dan Kecamatan Botupingge yaitu terjadi krisis air bersih di Desa Buata.

Di kabupaten Gorontalo, yang terdampak di Kecamatan Limboto, Kelurahan Bulota. Jenis kejadian kebakaran lahan, dan untuk Kecamatan Tibawa, Kecamatan Pulubala, Kecamatan Bilato, Kecamatan Motilango, Kecamatan Boliyohuto, Kecamatan Tolangohula, Kecamatan Asparaga mengalami  kekeringan.

Di Kabupaten Gorontalo Utara sendiri, yang terdampak di Kecamatan Tomilito, Desa Jembatan Merah jenis kejadian kebakaran lahan yang terjadi pada hari senin (28/8) sumber api dari pembakaran lahan di gunung sebelah kemudian menjalar sampai ke perkebunan milik warga. Kemudian di Kecamatan Kwandang di Desa Pontolo, Katialada, Botungobungo, Pontolo Atas, Ombulodata, Molingkapoto, Molingkapoto Selatan, dan Kecamatan Gentuma Raya, Desa Molonggota terdampak kekeringan.

Kabupaten Boalemo di Kecamatan Paguyaman Pantai terdapat dua desa yang telah melaporkan krisis air bersih yaitu Desa Lito di sana sebanyak 334 kepala keluarga yang terdampak, dan Desa Apitalawu dengan 90 kepala keluarga yang terdampak kekeringan. Sementara di Kabupaten Pohuwato, di Kecamatan Marisa yang terjadi yaitu kebakaran hutan.

Di Kota Gorontalo sendiri juga mengalami kekeringan yang menyebabkan dua hektar lahan pertanian di Kecamatan Kota Barat, Kelurahan Molosipat W terbakar, yang diduga akibat api rokok yang dibuang sembarangan di sekitar lahan yang dipenuhi rumput kering.

Sejauh ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Gorontalo menyampaikan bahwa krisis kekeringan di Gorontalo sudah berada pada status siaga darurat.

“Kami sementara proses persiapan pada status siaga darurat, maksudnya dimana kami (BPBD Provinsi Gorontalo) berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota atau instansi terkait yang melaporkan kondisi di lapangan,” papar Ferdi, Kabag Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Gorontalo kepada Dulohupa, Kamis (31/8/2023).

Salah satu alur dalam melaporkan krisis yang diakibatkan oleh kemarau panjang ini, masyarakat dapat melaporkan ke pihak desa/kecamatan dan selanjutnya diteruskan sampai pada tingkat BPBD kabupaten/kota.

“Prosedur-nya, dari masyarakat atau desa melaporkan ke kecamatan, kecamatan melapor ke BPBD kabupaten/kota dan selanjutnya BPBD kabupaten/kota berkoordinasi dengan BPBD provinsi,” ucap Ferdi

Di Kantor BPBD provinsi Gorontalo juga telah membuat posko siaga darurat yang bertujuan sebagai tempat pelaporan situasi yang ada di setiap wilayah.

“Ini merupakan salah satu upaya dari kami, dimana sudah mengadakan posko siaga darurat, jadi segala macam laporan akan masuk kesitu dan kami akan siaga 1×24 jam atau bisa dihubungi melalui call center di-117,” tambah Ferdi.

Reporter: Yayan