Dulohupa.id – Pedagang kain bekas atau cabo (Cakar Bongkar,red) adalah satu dari sekian orang yang terkena dampak pandemi secara ekonomi. Mereka harus bekerja ekstra kala pandemi mewabah.
Distribusi bahan baku terhenti. Gara-gara pandemi, seluruh akses suplay bahan baku yang datang dari luar negeri di tutup pemerintah. Tak hanya itu, sisa barang yang sudah ada di tangan para pedagang juga tidak bisa di pasarkan, Usai PSBB di terapkan. Pasar dan seluruh lokasi perbelanjaan pakaian bekas tutup.
Fenomena ini sangat berdampak pada kehidupan sehari-hari para pedagang cabo. Ian (41) misalnya. Pedagang kain bekas di Pasar Tradisional Marisa, Kecamatan Marisa, Pohuwato itu mengaku sangat merasakan dampak pandemi.
Ian mengaku, saat pandemi ia tak lagi berharap keuntungan dari usahanya itu. Apalagi, kebanyakan barang yang ia jual berasal dari luar negeri.
“Berdampak pak, bahkan ada orang-orang yang tidak mau ba bili cabo pas so pandemi,” katanya dengan sedikit sibuk merapikan kain bekas jualannya.
Akibatnya, dagangan milik ia tidak laku. Banyak stok kain bekas yang tertahan dan tidak bisa di jual. Ianpun harus menanggung rugi mencapai puluhan juta rupiah.
Sempat Buka Bengkel
Satu-satunya cara untuk bertahan kala itu, kata Ian, membuat usaha baru yang meskipun keuntungan tidak sebesar menjual kain bekas, tapi hasilnya mampu menggerakkan ekonomi keluarga yang suram saat pandemi menyerang.
“Saya buka usaha lain, buka bengkel di depan rumah untuk tambah-tambah penghasilan,” ujarnya kepada Dulohupa.id, Sabtu (12/12).