Dulohupa.id – Hari makin gelap ketika Idam (39) melimas air yang masuk ke perahunya dengan gayung yang pecah. Sore itu, Sabtu (5/9) di pesisir basah Danau Limboto, ia tampak sibuk mempersiapkan perahunya.
Idam sendiri adalah nelayan asal Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, yang masih menggantungkan hidupnya di Danau Limboto. Dengan kondisi danau yang kian kritis, Idam tetap bertahan. Sebab ia percaya, masih ada sisa-sisa rezeki yang menunggunya di tengah danau.
Lagian, di tengah pandemi COVID-19, Idam sama sekali tak tahu harus bekerja apa, selain menjadi nelayan di danau tersebut.
“Yah begitulah pak, ngojek bentor tidak ada penumpang karena corona, mencari ikan di danau, kadang-kadang satu malam memancing, tidak ada hasil,” curhat Idam
Idam mengaku, bahwa memang sejak beberapa tahun belakangan, jumlah tangkapannya berkurang. Beberapa ikan yang biasa ia dapat, kini jarang terjerat. Sebab, perubahan ekosistem lingkungan Danau Limboto, mengakibatkan populasi ikan menurun drastis.
Danau Limboto sendiri adalah danau yang 70 persen wilayahnya berada di Kabupaten Gorontalo, sedangkan 30 persen sisanya berada di Kota Gorontalo. Luasannya jika merujuk pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Gorontalo, disebutkan sekitar 3.341,11 hektar. Luasan itu terbagi atas kawasan konservasi ekosistem danau seluas 1.284,30, kawasan ekowisata seluas 1.284,30, dan sisanya sebagai kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Meski begitu, dulu danau yang mendapat suplai air dari lima sungai besar dan 23 anak sungai kecil ini, memiliki luasan sekitar 8 ribu hektar. Hal itu seperti yang dikatakan oleh Budiyanto Sidiki, Kepala Bapppeda Provinsi Gorontalo. Secara rinci Budy menceritakan, bahwa pada tahun 1932, rata-rata kedalaman Danau Limboto berada di 30 meter dengan luas 8 ribu hektar. Pada 1955, kedalamannya kemudian menyusut hampir setengah dari angka tersebut, yaitu 16 meter. Di tahun 1970 kemudian kedalaman 15 meter dengan luasan 4.500 hekatar.