Scroll Untuk Lanjut Membaca
HEADLINEPERSPEKTIF

Masalah Banjir di Gorontalo

383
×

Masalah Banjir di Gorontalo

Sebarkan artikel ini
Banjir di Gorontalo
Banjir melanda Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo pada Bulan Juli 2024 lalu. Dok: Dulohupa

Penulis: Dr. Jerry Kojansow, S.Pi., M.Sc. dan Gusnar Lubis Ismail, S.IK, M.Si (Pemerhati Lingkungan)

Banjir telah menjadi bencana tahunan yang semakin mengkhawatirkan di Provinsi Gorontalo. Dalam beberapa tahun terakhir, intensitas dan dampak banjir semakin parah, mengakibatkan kerugian material, kerusakan infrastruktur, dan gangguan terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

Pada kejadian terakhir, banjir menerjang 5.755 Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Gorontalo dan merendam enam kecamatan di Kota Gorontalo, dengan wilayah terparah di Dumbo Raya dan Kota Barat. Ribuan orang terpaksa mengungsi, lahan pertanian rusak, dan aktivitas perekonomian lumpuh.

Namun, banjir ini bukan sekedar akibat curah hujan tinggi semata. Kerusakan lingkungan yang masif, seperti deforestasi, alih fungsi lahan, dan aktivitas pertambangan ilegal, telah menggerogoti daya dukung alam Gorontalo. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kritis, hilangnya tutupan vegetasi, dan sistem drainase yang buruk menjadi faktor utama yang memperparah bencana ini. Selain itu, praktik pertanian intensif dan pembangunan pemukiman tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem turut berkontribusi pada degradasi lingkungan.

Banjir di Gorontalo tidak hanya menimbulkan dampak langsung seperti kerusakan properti dan lahan pertanian, tetapi juga mengancam keberlanjutan ekologis jangka panjang. Danau Limboto, salah satu ekosistem penting di Gorontalo, kini berada dalam kondisi kritis akibat sedimentasi dan kerusakan di hulu sungai. Jika tidak segera ditangani, banjir tahunan ini berpotensi menjadi bencana ekologis yang lebih besar.