Scroll Untuk Lanjut Membaca
BOALEMOHEADLINEPERISTIWA

Kisah Miris Nurhayati, Guru Honorer di Boalemo yang Ingin Jual Ginjal

×

Kisah Miris Nurhayati, Guru Honorer di Boalemo yang Ingin Jual Ginjal

Sebarkan artikel ini
Guru Honor Boalemo
Nurhayati Saidi, Guru Honor di Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Foto/Dulohupa

Dulohupa.id –  Nurhayati Saidi merupakan seorang guru honorer di SDN 14 Botumoito, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Guru berusia 39 tahun itu cukup menggemparkan publik di media sosial, setelah ia ingin menjual ginjalnya melalui postingan di akun Facebooknya pada minggu (05/3/2023) lalu.

Nurhayati nekat mempromosikan ginjalnya karena terdesak ekonomi untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Bahkan ia mengeluhkan gaji honornya selama dua bulan belum dibayarkan oleh pemerintah daerah setempat.

Menilik kebelakang, Nurhayati diketahui sudah 16 tahun mengabdikan diri untuk memberikan pendidikan terhadap siswa. Kisah pengabdiannya di dunia pendidikan cukup heroik karena sudah 8 kali pindah sekolah untuk mengisi kekosongan guru.

Nurhayati awalnya mengajar sebagai honorer di SDN 11 Botumoito sejak tahun 2006 sampai 2009. Gajinya saat itu hanya dibayar 50 ribu rupiah perbulan.

“Kemudian pada tahun 2010, gaji saya naik menjadi 220 ribu per bulannya,” ucap Nurhayati.

Pada Tahun 2011, ia pindah ke SDN 06 Dulupi. Dirinya bahkan tak pernah digaji selama mengajar di sekolah, tapi tidak mengurangi niatnya untuk tetap terus mengajar.

Tidak berselang lama, Nurhayati kembali pindah sekolah di SDN 10 botumoito pada tahun 2012 hingga 2017. Selama 5 tahun di sekolah itu, ia pernah dua tahun tidak digaji pada tahun 2013 dan 2015.

Perjuangan Nurhayati menjadi guru berlanjut di sekolah Swasta Nurul Hayat pada tahun 2018. Di sekolah itu, ia menerima upah Rp300 ribu dan naik menjadi 650 ribu rupiah pada tahun 2019.

“Alhamdulillah upah saya makin membaik saat itu. Namun di pertengahan tahun 2019, saya kembali lagi di sekolah awal di SDN 11 Botumoito karena kekurangan guru,” ungkapnya.

Dari SDN 11 Botumoito, Nurhayati pindah tugas lagi di SDN 08 Botumoito. Selama di sekolah itu, ia digaji Rp650 ribu dan pernah tidak digaji selama 4 bulan.

langkah Nurhayati menjadi guru masih terus berlanjut. Pada bulan Februari 2021, dirinya di pindahkan oleh dinas pendidikan ke SDN 06 Tilamuta.

“Pada bulan juli 2021, gaji saya mulai dibayar pemerintah daerah sebesar 975 ribu rupiah perbulan,” imbuhnya.

Tak berselang lama, Nuhayati di pindahkan lagi ke SDN 14 botumoito pada tahun 2022 karena di sekolah tersebut kekurangan guru. Sejak saat ini ia masih bertahan mengajar di SDN 14 Botumoito dengan upah Rp975 ribu perbulan.

“Sebelumnya saya sudah pernah berjuang untuk mengikuti jadi ASN, tapi belum beruntung,” ujarnya.

Upah Rp975 ribu yang diterima saat ini, Nurhayati mengaku tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan dua anaknya. Ia mengaku sudah bercerai dengan suaminya pada tahun 2016.

“Saya dan anak-anak hanya tinggal di rumah orangtua. Bisa dibilang saya ini menjadi tulang punggung di rumah orangtua saya. Anak saya tiga orang, pertama sudah menikah dan anak kedua di SMK, ketiga baru SMP,” jelas Nurhayati.

Berjalannya waktu, Nurhayati nyaris tak mampu memenuhi kebutuhan dua anaknya yang masih bersekolah tersebut. Ia menceritakan ketika anaknya enggan pergi ke sekolah karena tidak memiliki baju olahraga seperti teman teman sekolahnya.

“Saya pernah hanya mengganti baju putih abu-abu untuk anak saya yang SMK saat itu, yang seragam sekolah lainnya tidak pernah diganti. Anak saya juga yang SMP pernah tidak mau ke sekolah karena tidak ada baju olahraga,” ujar Nurhayati sambil menangis.

“Harapan saya hanya ingin melihat anak-anak saya kelak berhasil, meskipun di tengah keterbatasan seperti ini,” sambungnya.

Nurhayati juga mengaku saat ini tak punya uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena belum menerima gaji selama dua bulan. Bahkan untuk memenuhi kebutuhannya, ia nekat ingin menjual ginjalnya

“Bulan Januari dan Februari itu belum terima gaji. Sampai-sampai saya ingin menjual ginjal di media sosial. Padahal saya sudah melaksanakan kewajiban saya sebagai guru, tapi hak saya belum ada,” ungkapnya.

“Saya minta maaf dengan postingan itu, tapi saya serius ingin jual ginjal demi kebutuhan. Saya berharap juga perhatian dari pemerintah daerah agar gaji guru-guru honor segera dibayarkan,”

Menanggapi gaji guru honorer yang belum terbayarkan, Kabid Pembinaan GTK Dinas Pendidikan Kabupaten Boalemo, Rikson Utiarahman menjelaskan, saat ini memang gaji belum terbayar dikarenakan masih ada tahapan administrasi di bagian Kepegawaian belum rampung.

“Terkait dengan keterlamabatan gaji mereka, Karena masalah tahapan admistrasi yang dibuat oleh bagian kepegawaian. Menurut penglihatan kami, di dinas ini masih melakukan evaluasi diawal tahun. Kemudian hasil evaluasi ini akan keluar menjadi sebuah SK. Setelah ada SK, pihak keuangan akan memproses pembayarannya,” Jelas Rikson.

Reporter: Enda