Dulohupa.id – Sejak masa kerajaan hingga sampai masa kolonial Belanda, Kecamatan Paguat sudah terbentuk dan disebut menjadi kecamatan tertua dalam sejarah pemerintahan Gorontalo. Adat istiadat Gorontalo merupakan tatanan kebudayaan dan tradisi para leluhur terdahulu yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Hal itu disampaikan Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga ketika membuka Seminar Adat Gorontalo yang digelar oleh badan kerjasama antar desa (BKAD) dan lembaga adat Kecamatan Paguat di aula MTs Ponpes Alkhairaat, Kecamatan Paguat, Senin (11/12/2023).
Lanjut bupati, adat istiadat Gorontalo merupakan kristalisasi dari nilai-nilai warisan persekutuan lima rumpun adat yang dikenal dengan nama “Duluwo Limo Lo Pohalaa”. Yakni Pohalaa Gorontalo, Limboto, Suwawa, Bolango yang dikemudian hari diganti oleh Boalemo dan terakhir adalah Pohalaa Atinggola.
Kecamatan Paguat kata Saipul, adalah salah satu kecamatan tertua dalam sejarah perjalanan pemerintahan di Gorontalo, baik sejak masa kerajaan maupun masa kolonial hingga masa pemerintahan NKRI. Paguat di masa pemerintahan Belanda sekitar tahun 1911 masuk pada wilayah onder afdeling Gorontalo dan pada tahun 1920 masuk wilayah distrik Gorontalo dan menjadi onder distrik Paguat yang dikepalai oleh seorang Marsaoleh. Saat itu onder distrik Paguat terbentang dari wilayah Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo sekarang hingga batas Molosipat sekarang.
Baca Juga: Asal Muasal Kerajaan Empat “Uwililinga Wopato” di Paguat
Selain itu, salah satu paraktek adat di Kecamatan Paguat adalah dengan adanya tiga desa dan satu kelurahan yang masuk pada wilayah empat kerajaan atau istilah adatnya “Uwililinga Wopato” termasuk di dalamnya Desa Sipayo, Soginti, Bunuyo dan Kelurahan Siduan.