Scroll Untuk Lanjut Membaca
PERISTIWA

Aparat Bersenjata Israel Kembali Serang Warga Palestina Kompleks Masjid Al-Aqsa

160
×

Aparat Bersenjata Israel Kembali Serang Warga Palestina Kompleks Masjid Al-Aqsa

Sebarkan artikel ini
VOA Indonesia
Seorang anggota pasukan keamanan Israel saat bentrokan dengan pengunjuk rasa Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh umat Islam sebagai Tempat Suci dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, 15 April 2022. (Foto: REUTERS/ Ammar Awad)

Dulohupa.id – Aparat keamanan bersenjata Israel kembali melakukan penyerangan terhadap warga Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa dan menelan ratusan korban cedera dan ditangkapkan 476 orang, Jumat (15/4/2022).

Atas tindakan kekerasan tersebut, Pemerintah Indonesia mengecam keras dan akan memanfaatkan berbagai forum seperti Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk mendorong solidaritas internasional terhadap persoalan yang dihadapi bangsa Palestina.

“Tindakan kekerasan terhadap warga sipil tersebut tidak dapat dibenarkan dan harus segera dihentikan, apalagi dilakukan di tempat ibadah Masjid al-Aqsa di bulan suci Ramadan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada VOA, Sabtu (16/4).

Ia kembali menegaskan Indonesia masih tetap mendukung soluasi dua negara untuk mewujudkan negara Palestina merdeka dan berdaulat.

Pasukan Israel merangsek ke dalam kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur pada Jumat (15/4) sehingga memicu bentrokan dengan warga Palestina. Bentrokan yang terjadi pada Ramadan ini mirip bulan puasa tahun lalu, memuncak dengan meletupnya Perang Gaza selama 10-20 Mei. Karena itu, muncul kekhawatiran bentrokan di Al-Aqsa kemarin akan menyebabkan perang terjadi lagi.

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi mengatakan sikap pemerintah Indonesia selama ini cenderung menanggapi isu yang sedang berkembang, sedangkan terkait peran strategis dan antisipasi terhadap persoalan akan berkembang di masa depan kurang mendapat prioritas.