Scroll Untuk Lanjut Membaca
banner
NASIONALPERISTIWA

Ritual Mandi Pantai di Jember Berujung Kematian

79
×

Ritual Mandi Pantai di Jember Berujung Kematian

Sebarkan artikel ini
Sejumlah anggota SAR mengevakuasi jenazah anggota kelompok masyarakat yang tewas terseret ombak saat melakukan ritual di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur, 13 Februari 2022. (Foto: Sebastian Revan Junardi/AFP)

Dulohupa.id- Sebelas orang tewas terseret ombak saat melakukan ritual di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur pekan lalu. Ritual semacam itu kerap dilakukan berbagai kelompok masyarakat di Indonesia. Namun, tujuan dan keselamatan seharusnya menjadi perhatian agar terhindar dari bahaya.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, peristiwa tewasnya 11 orang saat menjalani ritual di pantai Payangan, Jember, Jawa Timur, memunculkan keprihatinan. Ritual mandi di pantai selatan Jember ini dilakukan oleh kelompok Padepokan Tunggal Jati Nusantara, yang bergerak di bidang pengobatan alternatif.

Naen Soeryono, Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), mengatakan ada banyak kelompok dengan beragam aliran kepercayaan maupun ritual yang dilakukan, sebagai bagian dari keberagaman yang ada di Indonesia. Menurut Naen, tidak ada yang salah dengan ritual yang bertujuan melestarikan budaya leluhur, tetapi perlu tetap memperhatikan norma dan peraturan yang ada di masyarakat dalam menjalankan ritualnya.

“Seluruh Indonesia laku-laku (ritual) begini banyak, luar Jawa pun banyak, karena itu memang budayanya leluhur kita. Cuma saya herannya kok sampai diingatkan terus tidak mencari waktu, moment yang tepat,” kata Naen Soeryono.

Naen mengatakan peristiwa yang menewaskan 11 orang saat dilakukan ritual mandi di pantai Jember itu telah mengabaikan peringatan dan keselamatan peserta ritual.

“Kapan hari kami juga ke Merapi, misalnya. Ketika ada itu (awan panas) ya, kalau tanda-tanda alamnya seperti itu ya kita tidak boleh menantang, tidak boleh takabur yang penting. Tapi biasanya, sebelumnya harus dihubungkan dulu kita dengan sana, dengan alam, karena ada tanda-tanda khusus biasanya, kalau misalnya sana memberikan jawaban, kulo nuwun (permisi), di sana mangga (silakan), ya kita berangkat,” lanjut Naen.