Dulohupa.id – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mencatat sejak tahun 2014 hingga September 2025, sebanyak 1400 burung Maleo telah dilepasliarkan di kawasan hutan cagar alam Panua, Kabupaten Pohuwato.
Kali ini Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga bersama Wakil Bupati, Iwan S. Adam, Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Gorontalo, Sjamsuddin Hadju didampingi Camat Paguat, Iqbal Mbuinga, serta Tenaga Ahli Bupati melepas 10 ekor burung Maleo di kawasan hutan cagar alam di Desa Teratai, Kecamatan Marisa, Rabu (10/9/2025).
Bupati Saipul menjelaskan, burung Maleo identik disebut dengan burung Panua yang menjadi satwa khas Sulawesi juga hidup di wilayah Pohuwato tepatnya di cagar alam Panua yang berada di Paguat dan Marisa.
Namun, dengan keterbukaan alam saat ini populasi dan popularitas burung yang menghasilkan telur berukuran besar ini semakin menurun sehingga dibutuhkan perhatian serius dari semua pihak.
“Kami mengapresiasi perhatian dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara, khususnya Seksi Konservasi Wilayah II Gorontalo yang konsisten menjaga keberlangsungan burung Maleo melalui relokasi hingga menetas. Terima kasih juga kepada masyarakat yang turun-temurun menjaga burung ini sebagai warisan,” ujar Bupati Saipul.
Ia menambahkan, keberadaan burung Maleo sangat identik dengan Pohuwato. Selain menjadi ikon daerah, patung dari burung unik ini juga selalu dijadikan cinderamata khas saat kunjungan kerja antar daerah. Karena itu, bupati berharap simbol Maleo tetap terjaga.