Dulohupa.id-Pria itu tampak sibuk. Ia memarkirkan kendaraannya di bibir jalan di kawasan Mato Bone Bolango, sebuah kawasan di Kabupaten Bone Bolango yang kerap disamakan dengan kawasan Malioboro di Yogyakarta. Sore itu, seperti biasa, Iswan Mantulangi akan berjualan Siomay. Jualan yang ia bawa dengan sepeda motor itu tampak segar karena baru saja dibuat.
Sejak berjualan di kawasan tersebut, pria berusia 31 tahun itu bercerita, ia bisa meraup omset hingga Rp 900 ribu. Jumlah itu didapatkan dengan berjualan pada puku 4 sore hingga 12 malam.
“Semenjak sudah jualan disini, alhamdulillah sudah ada Rp 900 ribu, sudah minimal satu juta,” ujarnya, Sabtu (29/5).
Pria murah senyum ini bercerita, jika setiap hari lapaknya kerap ramai didatangi pengunjung. Karena memang, kawasan itu adalah kawasan wisata yang menjadi tempat nongkrong anak muda maupun orang dewasa. Tidak hanya orang-orang dari wilayah Bone Bolango, namun juga orang dari Limboto Barat, Kampung Bugis, bahkan juga orang-orang dari Isimu yang jaraknya belasan kilometer dari kawasan itu.
Namun, kegembiraan Iswan rupanya tidak bertahan lama. Sebab, pada medio 2020, pandemi Covid-19 mewabah di Gorontalo. Praktis, pemerintah melarang masyarakatnya untuk berkumpul. Tempat-tempat wisata pun dilarang buka. Kerumunan dibubarkan demi memutus rantai penyebaran Covid-19. Dengan kondisi itu, artinya Iswan ikutan terdampak. Penghasilannya yang awalnya Rp 900 ribu, hanya bertahan beberapa bulan saja setelah kawasan Mato Bonebol itu diresmikan.