Scroll Untuk Lanjut Membaca
GORONTALOPERSPEKTIF

Peringkat Terakhir Prestasi Kemahasiswaan, Ada apa dengan FIS UNG?

×

Peringkat Terakhir Prestasi Kemahasiswaan, Ada apa dengan FIS UNG?

Sebarkan artikel ini
Prestasi FIS UNG
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo/Ist

Penulis : Gean Rezka Rizaldy Bagit

(Alumni Fakultas Ilmu Sosial)

Gorontalo – Fakultas Ilmu Sosial (FIS) merupakan salah satu fakultas tertua yang ada di Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Fakultas Ilmu Sosial terbentuk sebagai perwujudan alih status dari Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) IKIP Negeri Gorontalo sesuai dengan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2004 tanggal 23 Juni 2004.

Kini Fakultas Ilmu Sosial membina 5 (Lima) Jurusan baik Program Kependidikan dan Non kependidikan setingkat Strata Satu (S1).

Sebagai fakultas yang tertua tentunya orang-orang yang menjadi bagian pe ting ditingkatan fakultas seyogianya sudah paham betul bagaimana melakukan transformasi pengembangan ilmu pengetahuan serta bagaimana mengasah potensi yang dimiliki oleh mahasiswanya.

Keberhasilan dari sebuah fakultas tentunya tidak hanya dilihat dari bagaimana fakultas tersebut menjalankan peraturan-peraturan sebagaimana mestinya, namun lebih daripada itu. Suatu fakultas haruslah memiliki sebuah terobosan yang progresif beserta gagasan dan ide-ide yang pada akhirnya, ini akan sangat berpengaruh pada proses pembinaan karakter mahasiswa dan mencetak lulusan yang berprestasi.

Namun yang menjadi pertanyaan mendasar ialah, sudahkah Fakultas Ilmu Sosial yang selanjutnya pada tulisan ini yang akan saya sebut dengan akronim “FIS” telah menjalankan perwujudan dari proses pembinaan dan penciptaan lulusan berprestasi tersebut ?

Hal ini tentunya akan sama-sama kita kuliti pada tulisan kali ini, sebab tulisan ini lahir karena adanya pertanyaan yang fundamental tentang, bagaimana Fakultas Ilmu Sosial membangkitkan kembali semangat prestasi mahasiswa.

Saat ini seluruh fakultas yang ada di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) tengah bersaing secara ketat untuk memperebutkan pundi-pundi prestasi mahasiswa dengan strategi dan cara-cara yang berbeda. Hal ini tentunya menjadi sangat penting, mengingat prestasi mahasiswa menjadi salah satu penopang bagi bertambahnya peningkatan kualitas bagi fakultas itu sendiri.

Namun saat ini penulis melihat, strategi ataupun cara peningkatan prestasi mahasiswa justru tidak dijalankan dengan baik di lingkungan FIS oleh karena itu, hal ini menjadi tanda tanya besar bagi seluruh masyarakat fakultas ilmu sosial yang konon katanya identik dengan slogan “FIS Perjuangan”.

Terlebih pada kegiatan malam Penganugerahan Prestasi Kemahasiswaan dan Alumni yang dilaksanakan beberapa hari yang lalu sangat terlihat dengan jelas dan terpampang dengan nyata bahwa Fakultas Ilmu Sosial menempati peringkat terakhir dengan torehan 20 (Dua puluh) poin. Ini tentunya menjadi bukti nyata bahwa saat ini FIS tidak lagi memprioritaskan prestasi mahasiswa sebagai salah satu hal penting untuk dicapai.

FIS UNG
Hasil prestasi kemahasiswaan di 11 Fakultas yang berada di Universitas Negeri Gorontalo/Ist

Prestasi mahasiswa menjadi sangat penting untuk diprioritaskan, sebab selain sebagai peningkatan kualitas bagi fakultas tersebut. Prestasi mahasiswa tentunya akan sangat berdampak pada peningkatan kualitas lulusan mahasiswa dari suatu fakultas, wabil khusus Fakultas Ilmu Sosial itu sendiri.

Dengan adanya problematika seperti ini maka perlu dipertanyakan bagaimana peran serta pembinaan Civitas Akademika Fakultas Ilmu Sosial terhadap pengembangan potensi mahasiswa.

Peran civitas akademika tentunya tidak hanya berkutat pada persoalan bagaimana pendelegasian mahasiswa berprestasi, tetapi yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara untuk benar-benar meraih prestasi mahasiswa lewat beberapa kegiatan ataupun lomba-lomba yang dilaksanakan baik ditingkatan regional, nasional maupun internasional.

Padahal kita ketahui bersama bahwa, tidak terlalu sulit untuk mendapatkan ataupun mengumpulkan prestasi-prestasi mahasiswa jikalau ini diseriusi dari berbagai aspek misalnya, pos anggaran untuk pembinaan mahasiswa berprestasi sudah seyogianya dialokasikan sesuai peruntukannya, namun pada akhirnya hal ini cenderung dikesampingkan oleh civitas akademika wabil khusus yang membidangi bagian tersebut.

Sehingga pada akhirnya mahasiswa yang justru memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi sebuah prestasi akan cukup kesulitan dalam mewujudkan prestasi tersebut, sebab wadah untuk berekspresi justru tidak disediakan oleh civitas akademika, pun jikalau disediakan sifatnya sangat terburu-buru dan proses rekrutmennya pun dilakukan secara tertutup dan tidak transparan.

Selain itu, tidak hanya terkait pos penganggaran saja yang patut untuk dikritisi, tetapi pihak lain yang harus bertanggung jawab penuh atas minimnya prestasi mahasiswa di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial adalah bidang Kemahasiswaan dan Alumni ditingkatan fakultas.

Bidang kemahasiswaan dan alumni seharusnya telah bergerak cepat dalam merespon permasalahan ini, namun bukti kongkret yang dapat kita lihat justru sebaliknya bahwa, bidang kemahasiswaan dan alumni justru “Adem Ayem Saja” saat menghadapi permasalahan ini. Padahal kita tahu bersama bahwa, bidang ini diamanahkan untuk benar-benar melaksanakan tupoksinya yang salah satunya ialah pembinaan dan peningkatan prestasi kemahasiswaan di lingkungan fakultas.

Tentunya, kita tidak bisa diam saja apalagi sampai menutup mata, ketika salah satu fondasi utama dalam peningkatan kualitas fakultas justru tidak bisa dicapai. Seharusnya civitas akademika menyediakan wadah bagi mahasiswa di lingkungan fakultas untuk benar-benar mengimplementasikan potensi prestasinya masing-masing.

Salah satu kunci utama untuk mewujudkan hal ini adalah perlunya sinergitas dan kerja sama antar seluruh stakeholder di lingkungan fakultas mulai dari civitas akademika, ormawa (organisasi mahasiswa) dan pihak-pihak terkait, yang dapat membantu terwujudnya peningkatan kualitas prestasi kemahasiswaan.

Pihak fakultas dalam menengahi permasalahan ini, tentunya harus sesegera mungkin berbenah dan tidak hanya sekadar diam ditempat. Sebab jika hal ini akan terus dibiarkan maka minat mahasiswa untuk berlomba-lomba melahirkan prestasi ditingkatan fakultas akan benar-benar menurun dan bahkan lambat laun mungkin saja tidak akan ada lagi. Sehingga mimpi besar untuk meraih penghargaan pada anugerah prestasi kemahasiswaan dan alumni ditahun-tahun mendatang hanya akan berakhir sebagai sebuah angan-angan dan dongeng semata.

“Jangan kau penjarakan ucapanmu, jikau kau menghamba pada ketakutan, kita akan memperpanjang barisan perbudakan” ~Wiji Thukul, (Penyair Indonesia) 1963-1998.**