Ketika masuk ke tahap lanjut, kerusakan sel ini akan semakin luas dan bisa menyerang saluran pernapasan bawah dan atas. Tidak hanya itu saja, partikel polusi yang telah melewati paru masuk ke peredaran darah dan menyerang pembuluh hingga jantung.
Ahli dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga memberikan penjelasan. Ia mengatakan, kemarau panjang dapat mengurangi kualitas udara dan membahayakan kesehatan orang dengan kondisi tertentu. Selama musim ini, tanah kering dan kebakaran hutan akan meningkatkan jumlah partikel udara dalam bentuk asap. Partikel inilah yang bisa mengiritasi saluran udara dan memperburuk penyakit pernapasan kronis.
2. Meningkatnya Penyebaran Agen Penyakit
Musim kemarau panjang dan kekeringan ekstrem juga bisa meningkatkan risiko penyebaran wabah penyakit. Seperti leptospirosis, diare, dan kolera.
Peluang kejadian penyakit ini akan meningkat ketika terjadinya kekurangan air untuk sanitasi atau kekeringan, atau saat terjadi banjir. Ingat, jangan menyepelekan penyakit seperti kolera. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang bernama Vibrio cholerae (kolera). Penyakit ini bisa terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak, menimbulkan diare parah, sehingga menyebabkan dehidrasi.
3. Dehidrasi
Dehidrasi ini bisa disebabkan oleh beberapa penyakit seperti diare dan kolera, atau kondisi lingkungan seperti kekeringan ekstrem. Sekitar 60 persen berat tubuh terdiri dari air.
Seseorang dengan bobot 70 kilogram, menandakan terdapat 42 liter air dalam tubuhnya. Organ penting seperti otak dan jantung tiga perempatnya terdiri dari air. Bahkan, tulang yang kelihatannya ‘kering’ sekalipun, 31 persennya terdiri dari air. Kebayang ‘kan betapa pentingnya air bagi tubuh?