“Saat pertama kali mendapat royalti Rp200 miliar dari paten racun tikus saya, saking gembiranya saya setengah berlari sampai menabrak dinding kaca. Tidak terasa sakit karena gembira,” kenangnya sambil tertawa.
Kini, ia memiliki empat hak paten di bidang pertanian dengan banyak perusahaan yang bernaung di bawah holding Tiran Group. Tiran singkatan dari “tikus mati diracun Amran”.
Dari Diskusi ke Aksi Nyata
Gregorius Umbu Neka dari Universitas Nusa Cendana NTT, menyampaikan bahwa petani di daerahnya kesulitan bercocok tanam karena tidak ada irigasi.
Menteri Amran langsung bertanya, “Ada sumber air di dekat sana?”
“Ada, Pak,” jawab Gregorius.
“Kalau kami berikan pompa air, apakah kamu siap memasangnya dan menyalurkan air ke lahan petani?”
“Siap, Pak!”
Tanpa ragu, Menteri Amran langsung menginstruksikan Direktur Alsin untuk mengirimkan dua unit pompa air melalui mahasiswa tersebut.
“Sekarang saatnya kerja nyata. Kalau ada masalah di lapangan, laporkan langsung ke kami. Tak perlu terlalu banyak formalitas,” pesannya.
Ada beberapa mahasiswa lain yang mendapat giliran menyampaikan kritik dan bertanya.
Dalam forum ini, Menteri Amran tak hanya mendengar atau pun membantah kritik, tetapi juga memberi solusi konkret. Ia ingin mahasiswa tidak hanya berdiskusi, tetapi juga bergerak untuk memajukan pertanian Indonesia. Sebuah diskusi yang bukan sekadar debat, melainkan titik awal perubahan nyata.