Scroll Untuk Lanjut Membaca
HEADLINEKRIMINALNASIONALPERISTIWA

Cerita Bupati Boltim Sempat Dibohongi Pembunuh Bocah di Tutuyan

3739
×

Cerita Bupati Boltim Sempat Dibohongi Pembunuh Bocah di Tutuyan

Sebarkan artikel ini
Boltim Pembunuhan
Bupati Bolaang Mongondow Timur, Sam Sachrul Mamonto saat mendengar cerita tersangka pembunuhan Bocah di Tutuyan sebelum pelaku ditangkap/Ist

Dalam fikiran saya bahwa wanita bernama Aning itu pasti ada di antara kerumunan warga dan sanak keluarga yang sedang berkumpul panik sambil berurai air mata menunggu kabar dari keluarga yang sedang mengobrak abrik semak di halaman belakang untuk mencari tau keberadaan gadis kecil itu.Saya berusaha mencarinya dengan menanyakan mana yang namanya Aning dan ternyata perempuan beranak satu itu tak berada dalam kerumuman dirumah itu. Karna penasaran saya meminta seseorang memanggilkan perempuan bernama Aning sebab saya ingin mendengar penjelasan langsuang darinya. Rumah Aning berjarak sekitar 20 meter dari rumah korban, pastilah hanya beberapa langkah dia akan segerah tiba di rumah Jul tempat saya menunggu, namun sekitar 15 menit saya menunggu perempuan itu tak muncul juga. Ada sebuah pertanyaan di kepala saya. Dia orang terakhir yang bersama Zha, dia masih kerabat dekat, rumahnya hanya berjarak 20 meter, tapi kenapa dia tak beada di rumah itu padahal suasana rumah Zha sedang ramai. Sekitar 20 menit menunggu, munculah wanita itu, mengenakan baju daster terusan warna hijau yang sudah terlihat lusuh, serta rambut sebahu yang di beri pewarna, dia muncul dengan nafas terengah dan langsung menjabat tangan saya dan duduk diapit saya dan satu sahabat saya bernama fiko.

Belum saya ungkapkan semua pertanyaan di benak saya, dia sudah menjelaskan tanpa henti perjumpaannya dengan zah terakhir. Tapi ada yang membuat saya begitu curiga, yang pertama nafasnya begitu tajam, seperti bau orang yang sedang terkena ganguan pencernaan karena sakit mag. Saya diam diam menyimpulkan bahwa dia mungkin tertekan dan stres hingga terserang asam lambung tinggi. Yang kedua, aroma badanya maaf begitu anomali (tidak normal), saya bahkan harus mengeser posisi duduk saya agar berjarak tapi bau amis tetap menyengat. Tak itu saja, saya memperhatikan gestur tubuhnya begitu gugup, dia menjelaskan juga diikuti bahasa tubuh yang begitu mencurigakan seperti mengulung ujung bawa dasternya, meremas jarinya serta matanya yang tidak begitu fokus.